Share

Dalam Setahun, Anak Bisa Batuk Pilek 100 Hari

by admin · July 31, 2025

Di dalam kelas yang penuh dengan suara anak-anak, hal yang paling mudah terdengar adalah suara batuk yang berulang. Beberapa orang mengusap dada mereka, sementara yang lain sibuk membersihkan hidung dengan tisu.Batuk pilekatau bapil memang menjadi “tamu tetap” di kalangan anak sekolah.

Peristiwa ini tidak terjadi tanpa sebab. Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 menunjukkan, hampir 3 dari 10 anak berusia 5–14 tahun mengalami infeksi saluran pernapasan atas, seperti batuk dan pilek. Angka tersebut mencapai 28,6 persen.

Data dari National Library of Medicinememperluas gambaran mengenai masalah ini. Dikatakan bahwa anak-anak dapat mengalami demam berdarah sebanyak 6–10 kali dalam setahun. Jika satu episode berlangsung selama 1–2 minggu, maka totalnya bisa mencapai 100 hari—lebih dari tiga bulan hidup dalam keadaan yang tidak sehat.

Bapil tidak boleh dianggap remeh karena dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan anak, seperti tidur yang menjadi tidak nyenyak, nafsu makan berkurang, dan tentu saja konsentrasi dalam belajar juga terganggu. Gangguan kecil pun dapat berdampak besar jika dibiarkan terus-menerus.

Anak yang aktif, virus mengancam, waspadai demam dan flu

Pada masa balita, dunia anak mulai memperluas wawasan mereka. Dari sebelumnya hanya bermain di dalam rumah, mereka kini diajak ke taman bermain, bertemu teman seusia di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), atau ditinggalkan di tempat penitipan anak karena orang tua kembali bekerja. Pada tahap ini, jumlah kasus batuk dan pilek cenderung meningkat.

Menurut spesialis anak, dr. Kanya Ayu Paramastri Sp.A, keadaan ini sering dialami oleh anak-anak, khususnya yang berusia di bawah lima tahun. Salah satu faktor penyebabnya adalah sistem imun mereka yang masih dalam proses perkembangan, sehingga belum sekuat anak yang lebih tua.

Mungkin hingga usia 6 bulan, 1 tahun, 2 tahun, kita dapat berusaha agar anak lebih jarang sakit karena kitakeepdia berada di rumah, tidak pergi keluar kecuali jika memang diperlukan. Namun ketika usia mereka sudah melebihi 2 tahun, biasanya mulai diajak keluar.playground, ada yang mulai masuk taman kanak-kanak, atau ada orang tua yang harus kembali bekerja dan anaknya ditempatkan di pusat perlindungan anak ataudaycare,” jelasnya.

Dengan meningkatnya kegiatan di luar rumah, risiko terpapar virus juga semakin tinggi. Virus yang menyebabkan pilek dan batuk mudah menyebar, terutama di lingkungan yang penuh dengan anak-anak. Di sisi lain, tangan anak-anak yang belum sepenuhnya terkendali sering menyentuh berbagai permukaan, kemudian menyentuh wajah atau mulut mereka sendiri tanpa mencuci tangan terlebih dahulu—yang memperbesar kesempatan masuknya virus ke dalam tubuh.

Perhatikan tanda-tanda dan suhu tubuh anak

Terkadang, batuk dan pilek pada anak muncul tanpa gejala yang jelas. Belum ada demam, belum batuk parah, tetapi suara anak mulai terdengar tersumbat. Pada situasi seperti ini, banyak orang tua yang menganggapnya biasa dan membiarkan anak bermain bersama teman-temannya. Padahal, ini adalah saat awal penularan bisa terjadi.

Gejala awal semacam ini penting diketahui sejak dini. Bukan hanya terkait dengan adanya demam atau tidak, tetapi juga bagaimana keluhan tersebut memengaruhi aktivitas anak. Meskipun suhu tubuh dalam kondisi normal, batuk dan pilek tetap bisa mengganggu tidur, nafsu makan, serta fokus dalam bermain atau belajar.

“Dibawa berobat jika sudah demam, tidur mulai terganggu atau nafsu makan menurun. Jadi sebelum ada keluhan, bisa ditangani lebih dulu di rumah,” ujar dr. Ayu.

Beberapa langkah awal yang dapat dilakukan orang tua di rumah antara lain dengan meningkatkan kekebalan tubuh anak melalui asupan nutrisi yang memadai serta memastikan mereka mengonsumsi cairan yang cukup. Sangat penting pula untuk mengajarkan anak tentang etika batuk dan bersin, misalnya dengan menutup mulut menggunakan siku atau tisu, agar mencegah penyebaran kepada orang lain.

Jika demam mulai muncul, pengobatan bisa dilakukan dengan obat yang dijual bebas, asalkan disesuaikan dengan gejala dan keadaan umum anak. Namun, selain mengurangi gejala, orang tua perlu waspada terhadap tanda-tanda awal agar masalah tidak semakin memburuk.

“Jadi pentingnya kita sebagai parents Untuk mengenali gejala awal, meskipun mungkin belum mengganggu, tetapi ini bisa berpotensi menjadi mengganggu. Dan ketika benar-benar mengganggu, akan memicu berbagai komplikasi yang sulit diatasi, membuat anak merasa tidak nyaman sehingga mengganggu kegiatannya,” tambahnya.

Produk baru dari Combiphar

Combiphar meluncurkan produk terbaru mereka “OB Combi Anak Batuk Pilek”, dengan rasa stroberi yang dirancang khusus untuk mengatasi gejala batuk dan pilek tanpa demam pada anak. Acara peluncuran produk ini diadakan di Jakarta pada Selasa (29/07/2025).

“Kehadiran OB Combi Anak Batuk Pilek melengkapi rangkaian produk OBH Combi Anak, setelah sebelumnya hadir varian Batuk Flu yang ditujukan untuk mengurangi gejala batuk, flu, dan demam. Varian terbaru yang diluncurkan hari ini kami hadirkan sebagai jawaban bagi para ibu yang membutuhkan solusi khusus untuk batuk pilek tanpa demam, yang sering dialami anak-anak,” kata Sandi Wijaya, GM Marketing Consumer Healthcare Combiphar.

Obat ini diracik dari campuran pseudoephedrine HCI, dextromethorphan HBr, dan chlorphenamine maleate, yang dapat membantu mengurangi batuk kering, hidung tersumbat, serta bersin.

Serangkaian produk OBH Combi Anak diproduksi dengan menggunakan teknologi terkini dan bahan alami yang kualitasnya telah memenuhi standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Produk ini aman untuk dikonsumsi sesuai petunjuk penggunaan dan telah terdaftar secara resmi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta memiliki sertifikat Halal dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).